Sabtu, 21 Juni 2014

PERTUNJUKAN TOPENG BLANTEK TEATER SMPN 267 JAKARTA SELATAN





JUDUL LAKON
“SI JAMPANG PENGEN JADI GUNERNUR”
TEATER SMPN 267 JAKARTA SELATAN

Sekretariat :

Jl. Swadarma Raya Gg. H. Ridhi RT 005/03 Ulujami, Pesanggrahan. Jakarta Selatan
Telp. 081382318573, Kode Pos. 12250 Email. poskobudayaswadarma@yahoo.co.id


PENGANTAR
            Dalam seni pertunjukan rakyat, topeng atau kedok adalah alat penutup seluruh atau sebagian muka untuk merubah penampilan pelaku, agar dapat dianggap sesuai dengan yang diperankan. Seni pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi (Jabodetabek) sudah biasa diselenggarakan pada masa sebelum agama Islam tersebar.
            Hal itu terbukti dari informasi yang terdapat dalam naskah Sanghiyang Kanda(ng) Karesian Bertitimangsa 1440 Saka atau 1518 Masehi. Naskah tersebut ditemukan di Kebantenan, sekarang termasuk Kelurahan Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat. Data tertulis kemudian adalah karya Hardouin dan Ritter yang terbit pada tahun 1854 di Leiden, Belanda. Sebagaimana dikemukakan dalam buku tersebut, tidak jauh berbeda dengan yang biasa kita lihat dalam pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi (Jabodetabek) dewasa ini.
            Sebagaimana Topeng Blantek, teater tradisional Betawi ini merupakan asset dasar budaya nasional. Oleh karena itu kita tidak dapat berpaling dari kenyataan peradaban dunia bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki budaya tinggi. Topeng (pertunjukan) Blantek (bebunyian rebana biang, rebana kotek) ini berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling jaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita diantara sundung (tempat barang) dan obor (alat penerangan).  
            Topeng Blantek tumbuh di wilayah pinggiran dan banyak kaitannya dengan seni pertunjukan tradisional Betawi lainnya, seperti Topeng Betawi dan Lenong. Dilihat dari segi materi dan pemanfaatan seluruh waktu pertunjukan Topeng Blantek yang paling menonjol adalah dramanya dengan fokus dialog dan laku. Jika dari segi setting dihiasi dengan sundung dan obor dan diiringi tetabuhan music rebana biang dan kotek.
            Oleh karena itu Topeng Blantek ini dipergunakan sebagai sarana penerangan yang cukup banyak disenangi masyarakat, sebab selain unsur hiburan yanga dimainkan juga ada dialog yang terjadi dengan penonton dan pemain yang biasanya disampaikan oleh bodor (pelawak). Sehingga mudah disisipi dengan pesan-pesan dakwah, pendidikan, dan penerangan.
            Pada masa lalu Topeng Blantek banyak membawakan lakon tradisi masyarakat pinggiran, tapi setelah tahun 1970 an lakon itu dilengkapi serta disisipi dengan pesan penerangan dan ternyata sangat bermanfaat. Pada saat pemerintah sedang menggalakkan program BIMAS/INMAS, Keluarga Berencana, 8 (delapan) Tertib Hukum, dan tema-tema pembangunan lainnya, Topeng Blantek banyak berperan.
           
  PENDAHULUAN

Sehubungan dengan informasi dan data ada, maka dapat disimpulkan bahwa Topeng Blantek adalah Sandiwara Rakyat Tradisional yang menampilkan cerita-cerita dan musik tradisional Betawi. Berbeda dengan saat sekarang, ketika Jakarta masih sepi dikala hiburan lain belum ada, radio masih merupakan barang langka, sangat banyak jenis kesenian Betawi yang tumbuh serta berkembang, diantaranya (Cador, Gambang Kromong, Gambang Rancag, Jipeng, Jinong, Keroncong, Keroncong Tugu, Lenong, Topeng Betawi, Topeng Blantek, Pencak Silat, Gamelan Ajeng, Tari-Tarian, serta Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek).

Namun setelah banyaknya seni pertunjukan asing masuk, maka seni-seni diatas makin menghilang. Dan mulai tahun 70-an, diantara seni-seni diatas ditayangkan pada TVRI, mulailah dikenal kembali oleh masyarakat Betawi, serta menjadi akrab kembali. Lebih-lebih Topeng Betawi dan Topeng Blantek yang disajikan diruang terbuka di halaman dengan arena terbentuk oleh kerumunan para penontonnya hingga merupakan lingkaran atau tapal kuda jika penonton menghadap ke layar tunggal. Dengan bentuk yang demikian, maka posisi pemain dan penonton tanpa batas selama pertunjukan berlangsung. Terkadang terjadi dialog antara para pemain dengan para penonton secara spontan dalam beberapa saat. 

Pada dasarnya  Topeng Blantek dengan Topeng Betawi adalah sama. Perbedaannya terletak pada iringan musiknya. Topeng Betawi diiringi oleh musik Gamelan Topeng berbau gaya Sunda yang ditambah oleh iringan gesekan Rebab, sedangkan Topeng Blantek diiringi oleh Rebana Biang yang terdiri dari 3 buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek).

Topeng Blantek berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling jaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita diantara sundung dagangannya. Sejak jaman dulu, para penggarap Topeng Blantek kebanyakan bertani dan berdagang pada siang harinya, itupun jika diantara mereka tidak manggung pada malam harinya. Pada dasarnya para seniman-seniwati memiliki kedudukan yang lebih rendah dari masyarakat umumnya. Akan tetapi masih untuk pada masa lalu kesenian tersebut masih banyak dibutuhkan orang. Jadi kehidupan mereka masih dapat didambakan oleh para keluarganya. 

Musik Topeng Blantek meliputi beberapa aspek diantaranya (tangga nada, instrument-instrumen, lagu-lagu). Tangga nada yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng Blantek kebanyakan tangga nada diantonis, antara lain lagu sirih kuning, surilang dan ada lagu yang bertangga nada pelog atau slendro antara lain lagu kang haji, lagu kangsreng dan adapula yang bertangga nada debusi misalnya jali-jali dan kicir-kicir. Instrumen-instrumen yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng Blantek antara lain 3 (tiga) Buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek) dan adapula yang mempergunakan Rebab, Kendang, Kenong, Kecrek, Bende dan Gong.

 PERTUNJUKAN TOPENG BLANTEK

Topeng blantek memiliki unsur-unsur dalam pertunjukannya, unsur-unsur tersebut terdapat pakem-pakem pertunjukan topeng blantek yang selama ini digunakan oleh seniman topeng blantek.

Unsur-unsur pertunjukan topeng blantek antara lain :

I. Cerita, Cerita topeng blantek pada umumnya merupakan cerita-cerita legenda masyarakat betawi, tapi saat ini tidak hanya cerita-cerita legenda saja yang dimainkan dan ceritanya bisa mengenai apa saja yang penting terdapat unsur hiburan, penerangan, pendidikan dan dakwah.

Unsur-unsur cerita topeng blantek antara lain :

a. Cerita dari pertunjukan topeng blantek tidak memiliki naskah yang tertulis. Seiring perkembangan jaman, kini cerita pertunjukan topeng blantek menggunakan naskah tertulis yang berisi plot-plot adegan alur cerita sebagai patokan para panjak (pemain).

b. Cerita yang dilakonkan adalah cerita legenda masyarakat betawi. Legenda Si Pitung, Si Jampang, Si Jantuk, dll.

c. Cerita yang dilakonkan bisa cerita apa saja yang penting ada tokoh jantuk sebagai narator/dalang.

Bahkan, cerita teater modern pun sudah sangat sering dilakonkan dengan adaptasi kedalam bentuk cerita masyarakat betawi.

II. Kostum, Kostum yang digunakan adalah pakaian sehari-hari masyarakat betawi dan tentunya disesuaikan dengan tokoh yang dilakonkan para panjak (pemain).

III. Musik, Iringan musik dalam pertunjukan topeng blantek berbeda dengan teater rakyat betawi lainnya. Pada awalnya, ia hanya seperangkat alat musik sederhana dan apa adanya seperti kaleng, panci, kayu, batu. Namun, seiring perkembangan jaman kini alat musik yang digunakan merupakan music campuran dari masyarakat betawi yang heterogen. Biasanya ada yang menggunakan alat musik gambang kromong, gamelan topeng, rebana biang, organ, gitar, biola dan alat music perkusi lainnya. Musik topeng blantek merupakan musik campuran sesuai kebutuhan dan keadaan. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan teater rakyat betawi lainnya, misalnya lenong.  Lenong mempunyai ciri dan pakem musiknya sendiri yakni gambang kromong dan bila lenong tidak menggunakan musik gambang kromong, dapat dikatakan itu “lenong-lenongan”.

IV. Topeng, Dalam pertunjukan topeng blantek, topeng digunakan untuk karakter tokoh jantuk sebagai narrator/dalang (pembuka-penutup pertunjukan). Ketika pertunjukan dimulai, tokoh jantuk dapat membuka topengnya dan dapat berlakon sebagai tokoh lainnya dalam pertunjukan.

V. Tata teknik pentas, Tata teknik pentas dalam pertunjukan topeng blantek merupakan sebagai artistic dan simbolik.

Tata teknik pentas tersebut antara lain :

a. Sundung, Sundung terbuat dari bambu, pada mulanya digunakan oleh pedagang sebagai alat pembawa barang (rumput, sayuran, kayu bakar) untuk dijual dipasar. Seiring berjalannya waktu, sundung digunakan sebagai artistic pertunjukan topeng blantek yang berfungsi sebagai pembatas antara panjak (pemain), nayaga (pemusik) dan penonton.

b. Obor, Obor terbuat dari bambu yang dulu digunakan sebagai alat penerangan pada setiap pertunjukan topeng blantek yang digelar semalaman suntuk karena belum tersedianya aliran listrik. Kini, obor tidak hanya sebagai alat penerangan, tapi difungsikan sebagai artistik pertunjukan topeng blantek. Selain itu, obor juga berfungsi sebagai pembatas/pembeda ruang dan waktu para panjak (pemain). Contohnya, bila panjak (pemain) dalam perjalanan dekat harus memutari obor sebanyak satu kali dan kalau perjalanannya jauh panjak (pemain) harus memutari obor lebih dari satu kali.

c. Waktu dan tempat pertunjukan, Pada mulanya pertunjukan topeng blantek diselenggarakan semalaman suntuk di tempat terbuka yang berada di tengah pasar. Kini, berangsur-angsur pertunjukan topeng blantek disesuaikan dengan kondisi yang ada bisa malam, pagi, siang dan sore hari. Pertunjukan topeng blantek dapat dipentaskan kapan dan dimana saja (di ruang terbuka/tertutup, arena dan panggung) sesuai kebutuhan pertunjukan.

d. Unsur gerak, Dalam pertunjukan topeng blantek tidak luput dari unsure gerak seperti pencak silat, tarian dan tokoh jantuk yang berkarakter interaktif/enerjik.

e. Struktur penyajian pertunjukan topeng blantek, Dalam pertunjukan topeng blantek terdapat struktur pertunjukan didalamnya agar pertunjukan tersebut berjalan sesuai dengan pakemnya.

Struktur pertunjukan topeng blantek adalah sebagai berikut :

1. Mengundang penonton, Mengundang para penonton dengan cara menampilkan musik, tari, pencak silat.

2. Pembukaan, Pembukaan di awali dengan tokoh jantuk sebagai narator untuk menceritakan lakon yang akan dimainkan.

3. Isi cerita, Cerita dalam bentuk plot yang ditambah dengan improvisasi panjak (pemain).

4. Penutup, Penutup diakhiri oleh tokoh jantuk sebagai pembawa pesan cerita.

 LAKON

Judul               : Si Jampang Pengen Jadi Gubernur

Durasi              : 10 – 45 menit

Sutradara         : Abdul Aziz

PEMAIN

Si Jantuk                     : Abdul Aziz

Jampang                      : Raden Muhammad Nuril Anwar Siswa Kelas 7-B

Koh Aliong                 : Rizkilah VIII E

Rombongan pesilat     : Rizka Nuroctaviani VII H
  Alfionita Luthfi A VIII H
  Indah Ayu L VII H
  Elda Lasyata VII H
  Aulia Listiani VII H
  Cahaya SA VII H
  Aprilia Damayanti VII H

Pembaca pantun          : Umi maghfiroh VIII E
  Ramya VII H
  Wiwin Winarni VIII H
  Anastasya Jemima VIII H

SINOPSIS LAKON SI JAMPANG PENGEN JADI GUBERNUR

            Cerita ini bermula dari seorang anak remaja yang cinta kepada tanah kelahirannya, sehingga dia bercita-cita jadi seorang pejabat (Gubernur) dengan harapan punya kemampuan untuk merubah kondisi kota kelahirannya menjadi kota yang berbudaya, bersih, sehat, dan berwibawa.

            Namun, ditengah proses menjalankan serta mewujudkan cita-citanya, anak remaja itu banyak sekali menemui aral yang melintang dengan berbagai hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan, baik yang datang dari dalam dirinya (internal) maupun diluar dirinya (eksternal).

            Apakah anak remaja tersebut dapat menyingkirkan atau keluar dan lolos dari berbagai hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan baik yang datang dari dalam dirinya (internal) maupun diluar dirinya (eksternal). Sehingga dapat tercapai apa yang di cita-citakan sepanjang hidupnya?

SELAMAT MENYAKSIKAN………………………………..

NASKAH LAKON SI JAMPANG PENGEN JADI GUBERNUR

Pengantar – Jantuk (Jampang pengen jadi Gubernur) – In Jampang

Pukulan sayah emang kecil

Jatoh di gunung, gunung gempur

Jatoh di laut, aer laut kering

Jatoh di warteg, tiga piring masih pengen nambah

Jampang jalanin jurus silat Beksi – In Koh Aliong – (kagak setujuh Jampang jadi Gubernur)

Ney…ney…ney… Owe gak setuju Jampang jadi Gubernur, Jampang itu olang bodoh

Dia Cuma bisa ngaji, sholat, dan maen silat

Sedangkan jadi Gubernur, harus punya otak encer, cerdas, dan pinter

Jampang kagak terima dibilang bodoh

Jampang dulu laen ama Jampang sekarang, Jampang dulu kagak mempan ditembak

Jampang sekarang kagak mempan difitnah, kagak mempan dihasut, kagak mempan disogok

Dan kagak mempan disuap, Jampang dulu cumin bisa ngaji, sholat, dan maen silat

Jampang sekarang kagak cuman ituh, Jampang sekarang udah pinter

Sekarang ini lagi mao diwisuda jadi sarjana

In rombongan pesilat (atraksi silat Beksi)

In rombongan anak remaja (membaca pantun Betawi)

Ending – Jantuk – pantun bersama untuk bapak Gubernur

Daon kelapa dibikin janur, pohon bamboo dibuat tangga

Mari doain bapak Gubernur, supaya bisa memimpin warga

TAMAT.







               
           


Jumat, 30 Mei 2014

Perkembangan Topeng Blantek


Untuk dapat dilestarikan dan dinikmati oleh masyarakat luas, Topeng Blantek mengikuti perkembangan pada zamannya. Maka dari itu, tidak luput dalam mengembangkan kesenian Topeng Blantek, kesenian ini harus memiliki pakem-pakem dan ciri khas yang dapat dikenal oleh banyak masyarakat luas dan berkembang tanpa harus menghilangkan pakem-pakem yang sudah dibuat oleh para senimannya. Permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek merupakan gaya permainan tokoh Jantuk dalam pertunjukan Topeng Blantek tersebut. Bagaimana seorang penulis mendeskripsikan bentuk permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek melalui penelitian secara langsung, yaitu dengan mewawancara seniman Topeng Blantek, observasi proses latihan Topeng Blantek sebelum dipentaskan hingga pada saat pementasan berlangsung. Hingga mengetahui bentuk Topeng Blantek dan bagaimana para pelaku seniman Topeng Blantek mementaskan pertunjukannya.(aj/ziz)

Meditasi Topeng Blantek


Meditasi juga merupakan hal terpenting dan pendukung dalam metode akting tokoh Jantuk, karena tokoh Jantuk tersebut seperti halnya seorang sutradara yang memimpin adegan dalam cerita Topeng Blantek. Meditasi ini bukanlah meditasi hal yang gaib dan sakral, Namun, meditasi ini dilakukan untuk mengingat adegan dari cerita Topeng Blantek tersebut. Tidak semua grup Topeng Blantek melakukan meditasi ini. Namun, ditemukan metode tersendiri melakukan meditasi yang berguna untuk mengingat keseluruhan adegan Topeng Blantek tersebut. Misalnya setelah grup Topeng Blantek melakukan latihan, sebagai pemeran yang sering memerankan tokoh Jantuk, harus selalu mengingat-ingat adegan, bahkan dialog dari para pemain.(aj/ziz)

Pertunjukan Topeng Blantek


Sering kali tokoh Jantuk berperan sebagai tokoh lain. Misalnya, pada saat pembukaan pertunjukan Topeng Blantek diawali oleh tokoh Jantuk sebagai Jantuk tetapi saat berjalannya cerita pemeran yang sebelumnya bermain sebagai Jantuk dapat berganti peran lain. Biasanya peran yang lain tersebut merupakan peran yang terpenting, misalnya menjadi peran Bapak yang memegang cerita tersebut. Namun, pada saat menjadi Jantuk pemeran tersebut kembali menggunakan Topeng Jantuk dan pada saat berganti peran pemeran Jantuk membuka topengnya, maka pemeran Jantuk tidak lagi berperan sebagai tokoh Jantuk. Tokoh Jantuk dapat berperan sebagai peran lain apabila kurangnya pemain dalam grup Topeng Blantek tersebut. Apabila Tokoh Jantuk berperan sebagai peran lain, peran tersebut pun harus peran yang penting, misalnya peran sebagai Bapak dan seorang anak yang berperan penting dalam cerita Topeng Blantek tersebut.(aj/ziz)